Danau Maninjau merupakan danau vulkanik, berada di
ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luasnya sekitar 99,5 km² dan
memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Keberadaan Danau Maninjau menciptakan
sebuah cerita legenda Bujang Sembilan, yang dipercaya keberadaannya oleh
masyarakat sekitar. Alkisah ada satu keluarga terdiri dari 10 orang, 9 orang
laki-laki (bujang) dan seorang perempuan bernama Sani. Keelokkan paras dan
perilaku Sani menjadi daya pikat tersendiri bagi seorang pemuda bernama
Sigiran. Singkat kata mereka kemudian menjalin asmara. Suatu hari mereka
dituduh telah melakukan perbuatan amoral oleh para bujang. Untuk
membuktikannya, mereka melompat ke kawah gunung Tinjau. Mereka bersumpah jika
mereka melakukan tindak amoral maka gunung ini tidak akan meletus, dan jika
mereka tidak melakukan tindakan amoral maka gunung ini akan meletus. Akhirnya
gunung tersebut meletus dan hasil letusan tersebut membentuk kawah besar yang
kemudian diisi oleh air dan menjadi danau seperti sekarang.
Presiden Pertama RI Ir. Soekarno pada suatu ketika
berkunjung ke Danau Maninjau dan takjub dengan keindahannya. Untuk
mengungkapkan kekagumannya tersebut ia menulis sebuah pantun yang berbunyi :
“Jika makan arai Pinang, makanlah dengan sirih yang hijau, jangan datang ke
Ranah Minang, kalau tak mampir ke Maninjau”. Pantun yang ditulis oleh Presiden
pertama RI ini, cukup mewakili untuk menggambarkan keindahan panorama alam
Danau Maninjau nan eksotis.
Danau Maninjau terletak di Kecamatan Tanjung Raya,
Kabupaten Agam, Untuk bisa mencapai Danau Maninjau, perjalanan ditempuh melalui
jalur darat. Ada 2 alternatif jalur
untuk menuju ke Danau maninjau. Pertama, memasuki jalur dari Barat dan Kedua
dari Timur. Dari Barat, perjalanan dimulai dari Padang melewati jalur Pariaman
menuju Lubuk Basung (ibu kota Kabupaten Agam), lebih kurang ditempuh selama 1 ½
jam. Dan dari timur, perjalanan dimulai dari Padang menuju Bukittinggi dan dari
kota Bukittinggi perjalanan dilanjutkan ke Danau Maninjau melewati kelok 44.
Di sekitar Danau Maninjau banyak hotel yang bisa
dijadikan untuk tempat menginap, mulai dari kelas berbintang sampai kelas
melati. Di samping hotel, ada juga /home stay /yang dikelola oleh masyarakat,
yang bias dijadikan sebagai alternatif bagi para wisatawan untuk tempat
menginap. Sedangkan untuk mengobati rasa lapar, para wisatawan bisa memilih
tempat makan yang disukai, karena banyak restoran-restoran yang tersedia
disepanjang pinggir danau dengan menyajikan berbagai menu baik aneka masakan
Padang maupun masakan dari mancanegara.
No comments:
Post a Comment