Tuesday, April 19, 2011

Pesta Tabuik diadakan setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram (Kalender Islam)

Dalam sejarah Pariaman, Tabuik pertama kali diperkenalkan oleh anggota pasukan "Thamil"yang menjadi bagian dari pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Thoma Stamfort Raffles. Setelah Inggris menyerahkan sebagian daerah jajahannya kepada Belanda termasuk Bengkulu, pasukan "Thamil" memilih melarikan diri ke Pariaman, Sumatera Barat, salah satu daerah pelabuhan di pesisir barat pulau Sumatera. Oleh karena pasukan Thamil mayoritas beragama Islam, mereka dapat diterima secara baik oleh masyarakat Pariaman yang juga memeluk ajaran agama Islam.Sehingga, terjadi pembauran dan persatuan antara mereka termasuk dalam bidang sosial-budaya. Salah satu bentuknya adalah Pesta Tabuik. Bahkan pesta Tabuik yang dilaksanakan sejak tahun 1931 ini, sejak tahun 1974, oleh pemerintah daerah setempat dikemas menjadi atraksi wisata.


















Pesta Tabuik  dimaksudkan untuk memperingati kematian dua cucu Nabi Muhammad SAW, yakni Hasan dan Husain yang memimpin pasukan kaum Muslim saat bertempur melawan pasukan Dinasti Bani Umayah dalam perang Karbala. Dalam pertempuran tersebut, Husain wafat secara mengenaskan. Sebagian kaum Muslim meyakini bahwa jenazah Husain di masukkan ke dalam peti jenazah (Tabuik) dan dibawa  ke langit menggunakan "Bouraq".

Tabuik adalah sebuah benda berbentukkeranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu. Tabuik tersebut merupakan benda utama yang diarak tepi pantai untuk di buang ke laut.

Berat Tabuik kira-kira sekitar 500 kilogram dengan ketinggian 15 meter. Badan Tabuik dibuat berbentuk kuda besar, bersayap lebar, berkepala perempuan cantik berambut panjang. Bentuk Tabuik tersebut, oleh masyarakat setempat diasosiasikan seperti seekor burung “Bouraq”.

Pembuatan Tabuik dikerjakan dari tanggal 1 sampai tanggal 9 pada bulan Muharam oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yaitu kelompok Pasar dan kelompok Subarang untuk, dua buah Tabuik. Pembuatan Tabuik dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak  ahli seperti budayawan, sejarawan dan tokoh masyarakat setempat. Pembuatan Tabuik tersebut menelan biaya yang cukup banyak, rata-rata mereka mengeluarkan puluhan bahkan sampai ratusan juta rupiah.

No comments:

Post a Comment