Tuesday, April 19, 2011

Lubang Jepang (Lobang Jepang) Di Bukit Sianok, Kota Bukittinggi


Terowongan ini terletak di tengah taman panorama di Ngarai Sianok di bawah kota Bukittinggi, dengan lebar lebih 2 meter. Di dalam gua terdapat berbagai keperluan ruangan untuk kantor, rumah sakit, makanan dan persenjataan. Pintu masuk gua terdapat dibeberapa tempat, seperti di Ngarai Sianok, di Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi. Rakyat setempat menamakan ini adalah Lobang Jepang.

Lubang Jepang (Goa Jepang)/terowongan (bungker) dibangun pada tahun 1942 oleh tentara Jepang untuk benteng pertahanan pada masa perang dunia ke II dan perang Asia Timur Raya. Pembanguan terowongan tersebut dilakukan atas instruksi langsung dari pemerintahan militer Angkatan Darat Jepang untuk wilayah Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi di bawah pimpinan Jendral Watanabe. Untuk melakukan pembangunan, tentara Jepang memanfaatkan tenaga masyarakat Indonesia yang didatangkan dari beberapa daerah di luar Sumatera, seperti: Sulawesi, Kalimatan dan Jawa. Mereka bekerja siang malam, sehingga pembangunan terowongan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat.

Lubang Jepang ditemukan oleh masyarakat setempat pada tahun 1946 dengan kondisi yang mencekam. Banyak tulang-belulang manusia yang berserakan di lantai sepanjang lorong terowongan. Pada tahun tersebut pemerintah Kota Bukittinggi mengubur tulang belulang yang berserakan itu dan membersihkan terowongan. Kemudian pemerintah kota menata terowongan itu untuk dipersiapkan menjadi salah satu objek wisata sejarah di kota Bukittinggi dengan menambah beberapa sarana pendukung. Peresmian Lubang Jepang dilakukan oleh Menteri Kebudayaan ketika itu, Fuad Hasan, pada tanggal 11 Maret 1986.

Pada tahun 2004 pemerintah kota Bukittinggi merenovasi Lubang Japang dengan memperkokoh dinding lubang dengan semen. Renovasi ini bertujuan untuk memberikan kenyaman bagi para wisatawan.

Lobang Jepang memiliki panjang sekitar 1.400 m (sekarang 725 m karena sebagian ditutup pada tahun 2004), lebar 2 m, tinggi sekitar 3 m. Sementara itu, untuk masuk dan keluar terowongan terdapat 3 pintu utama dan 6 pintu darurat. 3 pintu utama terdapat di Jalan Ngarai Sianok, di dalam Taman Panorama dan di samping Istana Bung Hatta (gedung Triarga). Untuk saat ini hanya satu pintu yang digunakan untuk umum, yaitu pintu yang terdapat di Taman Panorama, sedangkan 2 pintu utama dan 6 pintu darurat ditutup.

Di dalam Lubang Jepang terdapat beberapa lorong yang bercabang-cabang. Dahulu, lorong-lorong tersebut digunakaan untuk berbagai keperluan, seperti: tempat rapat, tempat makan, kamar tidur, barak militer dan ruang tahanan. Terdapat 12 ruangan yang dipakai untuk barak militer; 12 ruangan untuk tempat tidur; 6 ruangan untuk amunisi; 2 ruangan untuk tempat makan romusha dan 1 ruangan untuk tempat sidang. Ruang-ruang tersebut sampai sekarang masih terawat dengan baik dan bisa dikunjungi oleh para wisatawan.

Di dalam Lubang Jepang masih dapat dijumpai berbagai jenis peralatan peninggalan Jepang yang dahulu digunakan untuk menyiksa para tawanan. Peralatan tersebut tersimpan di salah satu lorong yang diperkirakan sebagai tempat penyiksaan.

Setelah para wisatawan selesai berkeliling di dalam Lubang Jepang, dapat melepaskan lelah sembari duduk-duduk di objek wisata Taman Panorama dengan melihat keindahan pemandangan alam Ngarai Sianok yang membentang dan terhampar luas di depan mata. Kebetulan, Lubang Jepang berada dalam satu lokasi yang sama dengan objek wisata Taman Panorama Kota Bukittinggi.

1 comment: